Mei 08, 2019
VII.DATA PENGAMATAN
No.
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Disiapkan plat TLC
|
Plat TLC di potong dengan panjang 5 cm dan lebar 3 cm, lalu
diberi garis pinggir 0,5 cm
|
2.
|
Dibuat larutan pengembang
|
N-heksan : Etil Asetat dengan perbandingan 2 : 1
|
3.
|
Dibuat larutan sampel dan diekstrak dengan 5 mL Etanol
|
Sampel terdiri dari 10 buah tanaman yaitu buah naga, bayam,
nanas, bunga kertas, semangka, wortel, pepaya, kentang, tomat, kembang sepatu
|
4.
|
Ditotolkan sampel pada plat TLC dan dikeringkan lalu dimasukkan
kedalam larutan pengembang lalu
dilihat noda dengan lampu UV
|
Pada plat pertama didapat
jarak pelarut yaitu 4,8 cm dan digunakan 4 buah sampel yang ditotolkan yaitu
buah naga dengan jarak 3,9 cm ; bayam dengan jarak 0,3 cm ; nanas dengan jarak 3,8 cm ; dan bunga
kertas dengan jarak 2,5 cm.
Pada plat kedua didapat jarak pelarut yaitu 4,5 cm juga digunakan
4 buah sampel yang ditotolkan yaitu semangka dengan jarak noda 3,7 cm ;
wortel dengan jarak 3,9 cm ; pepaya dengan jarak 3,8 cm dan kentang dengan
jarak 0 cm.
Pada plat ketiga didapat jarak pelarut yaitu 4,7 cm dan digunakan
2 buah sampel terakhir yaitu tomat didapat jarak noda sejauh 4,1 cm ; dan
kembang sepatu dengan jarak 4 cm.
|
No.
|
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Disiapkan
sampel
|
Digunakan
sampel yang sama seperti kromatografi lapis tipis
|
2.
|
Disiapkan
kolom
|
Disumbat
kolom dengan kapas, dimasukkan silica gel (fase diam) kedalam larutan
n-heksan lalu dimasukkan ke dalam kolom kromatografi sambil di ketuk-ketuk
agar kolom menjadi padat
|
3.
|
Dimasukkan
sampel
|
Dicampur
sampel dengan silica gel sekitar 1 sudip lalu dimasukkan kedalam kolom
kromatografi
|
4.
|
Dialirkan
kolom dengan pelarut
|
Untuk
campuran pelarut yang digunakan itu bermacam-macam untuk setiap sampel sesuai
dengan sifat dari sampel tersebut polar, semipolar atau nonpolar
|
5.
|
Ditampung
tetesan yang keluar dari kolom
|
Tetesan
yang keluar di tampung kedalam botol yang berbeda-beda untuk setiap smapel
yang didasarkan pada perbedaan warna yang keluar.
|
VIII.PEMBAHASAN
Pada percobaan ke 8 ini kami menguji suatu ekstrak
dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom.
Kromatografi lapis tipis adalah cara pemisahan suatu zat yang tidak mudah
menguap sedangkan kromatografi kolom adalah cara pemurnian zat yang berasal
dari campuranya.
Kromatografi yang pertama dilakukan adalah
kromatografi lapis tipis (KLT).
Kromatografi memiliki prinsip dimana komponen penyusun zat terdapat perbedaan afinitas satau gaya adisi yang bersumber dari setiap mcam analit pada fasa diam dan fasa gerak yang menyebabkan masing - masing komponen penyusunya saling memisah.afinitas suatu analit diukur oleh daya adsorpsinya dan kelarutan analit kepada fasa gerak yang deiperlukan(syamsurizal, 2019).
hal yang pertama kami siapkan adala plat yang mana digunakan untuk tempat menotol ekstrak yang akan di uji plat di potong dengan ukuran 5cm x 3 cm yang dibawahnya diberi garis batas 0,5cm dari bawah disini kami akan menguji 10 ekstrak dengan eluen n heksan : etil asetat. Untuk 4 ekstrak yang akan diuji adalah ekstrak buah naga,bayam,nanas,dan bunga kertas dengan perbandingan eluenya 2 : 1. 4 ekstrak dan eluen tersebut di totol di plat menggunakan pipa kapiler, setelah di totolkan di tunggu beberapa saat ternyata jarak eluen tadi atau pelarut adalah 4,8cm dan untuk ekstraknya buah naga 3,9cm,bayam 0,3cm,nanas 3,8cm, dan yang terakhir bunga kertas adalah 2,5cm.
Kromatografi memiliki prinsip dimana komponen penyusun zat terdapat perbedaan afinitas satau gaya adisi yang bersumber dari setiap mcam analit pada fasa diam dan fasa gerak yang menyebabkan masing - masing komponen penyusunya saling memisah.afinitas suatu analit diukur oleh daya adsorpsinya dan kelarutan analit kepada fasa gerak yang deiperlukan(syamsurizal, 2019).
hal yang pertama kami siapkan adala plat yang mana digunakan untuk tempat menotol ekstrak yang akan di uji plat di potong dengan ukuran 5cm x 3 cm yang dibawahnya diberi garis batas 0,5cm dari bawah disini kami akan menguji 10 ekstrak dengan eluen n heksan : etil asetat. Untuk 4 ekstrak yang akan diuji adalah ekstrak buah naga,bayam,nanas,dan bunga kertas dengan perbandingan eluenya 2 : 1. 4 ekstrak dan eluen tersebut di totol di plat menggunakan pipa kapiler, setelah di totolkan di tunggu beberapa saat ternyata jarak eluen tadi atau pelarut adalah 4,8cm dan untuk ekstraknya buah naga 3,9cm,bayam 0,3cm,nanas 3,8cm, dan yang terakhir bunga kertas adalah 2,5cm.
Untuk 4 ekstrak selanjutnya yaitu semangka,wortel,pepaya
dan kentang. Eluen yang digunakan masih sama namun perbandinganya menajadi (1 :
0,5). Ekstrak dan eluenya di totolkan ke plat dan di tunggu kembali beberapa
saat dan diperoleh untuk jarak yang ditempuh pelarutnya 4,5cm sedangkan untuk
ekstraknya yang semangka 3,7cm, wortel 3,9cm, pepaya 3,8cm dan kentang 0cm.
Sedangkan 2 ekstrak terakhir yaitu tomat dan bunga
sepatu dengan menggunakan eluen yang sama dengan perbandingan (1 ; 0,5) di
dapaati jarak tempuh pelarutnya adalah 4,7 cm sedangkan tomat 4,1 dan bunga
sepatu 4.
Dari data -
data di atas kita dapat menghitung harga Rf suatu larutan dengan
persamaan :
Rf
=
Sehingga diperoleh untuk nilai Rf pada masing – masing ekstrak yaitu : Buah naga
0,825 ,bayam 0,0625, nanas 0,792, bunga kertas 0,583, semangka 0,733, wortel
0,867, pepaya 0,84, kentang 0, tomat 0,872, dan yang terakhir bunga sepatu
0,851.
Berikutnya dilanjutkan dengan kromatografi kolom dimana kolomnya
awalnya di sumbat dengan kapas,setealah itu ditetesi n heksan lalu dilaritkan
silika gel sama n heksan didalam kolom diapdatkan sampai setengah. Sedangkan untuk
sampelnya awalnya dimasuki satu sudip silika gel dalam cawan petri ditetesi
dengan sampel diaduk sampai kering dimasukan kedalam kolom dan di ratakan.
a. Buah
naga : pelarut yang digunakan adalah n heksan : etil asetat dengan perbandingan
pertam 8 : 1 di tetesi dengan pelarutnya namun sampai berapa lama sampel tidak
turun – turun dan diperoleh 2 botol filtrat .karena sampel tidak turun
selanjutnya digunakan perbandingan kedua
(16 : 2) dimana sampelnya mulai turun namun sedikit dan diperoleh 1 botol
filtrat. Ditambah lagi pelarutnya dengan perbandingan yang sama sebelumnya
pelarutnya sampel turun lagi sampai dengan hampir setengah dan untuk
perbandingan yang terakhir yaitu pelarut dengan perbandingan 15 : 5 sampelnya
kembali turun sedikit dan diperoleh fitratnya 1 botol. Selanjutnya dilanjut
dengan TLC dimana tiap botolnya ditambah dengan metanol dan eluen yan digunakan
n heksan : etil asetat dengan perbandingan 3 : 2 setelah dari masing – masing filtrat
dan crutnya itotolkan didalam plat dan di masukan ke dalam pelarut ternyata
yang bergerak hanya crutnya saja.
b. Bayam
: eluen yang digunakan sama dengan sebelumnya namun perbandinganya 5 : 10
dimana ketika pelarutnya diteteskan sampel mulai turun dan diperoleh filtrat 5
botol pada botol 1 berwarna bening pada botol 2 brwarna hijau pada botol 3
hijau pudar pada botol 4 berwarna bening dan botol kelima berwarna bening
selanjutnya ketika dilanjutkan dengan TLC dimana tiap botol ditetedi dengan
metanol lalu crut dan masing – masing filtrat di totol di plat tidak ada yang
bergerak namun pada botol 1,2, dan 3 terdapat warna cream sedangkan crut 4, dan
5 tidak ada .
c. Nanas
: eluen yang digunakan korofom : metanol dengan perbandingan 3 : 1 diperoleh
botol 1 bening , botol 2 keruh – keruh kuning dan botol 3 bening selanjutnya
ketika dilanjutkan dengan TLC curt dan filtrat ditotolkan di diamati namun tidak
ada pergerakan dan tidak ada perubahan warna.
d. Bunga
kertas :pelarut yang digunakan adalah klorofom dimana ada botol 1 diperoleh filtrat dengan warna bening,pada botol 2 juga bening namun pada silikia timbu minyak dan ada warna hiaunya namun ketika ditambah pelarut lagi warna hijau dan minyaknya hilanh untuk botol ke 3 warnanya keruh dan botol terahir 4,5 bening selanjutnya dengan TLC yang dimana pelarutnya diganti dengan metanol 100 % setel di totol diplt dan dimasukan ke dalam pelarut yang bergerak hanya crutnya saja warna lintasanya cream dan di tengah - tengah crut ada warna ungu
e e.Semangka : eluen yang digunakan adalah n heksan : etil asetat dengan perbandingan 3 : 2 dimana hasil yang diperoleh pada botol 1 warnanya benind dan sampel sudah mulai turun, lalu pada botol 2 warnanya kuning pudar sedangkan pada botol 3 warnanya bening kembali dan sampel sudah turun pada TLC eluen yang digunakan sama yaitu n heksan : etil asetat dan setelah ditetesi dengan metanol pada tiap botol ditotolkan dalam plat dan dimasukan kedalam eluen yang bergerak hanya crutnya saja dan crutnya berwrna kuning
f.Wortel : pelarut yang digunakan n heksan dan etil asetat dengan perbandngan 3 : 2 ketika pearut dimasukan kedalam kolom pada botol diperoleh fitrat berwarna bening dan sampel sudah mulai turun pada botol 2 fltratnya kuning cerah dan botol terakhir menjadi bening selanjutnya pada tahap TLC eluen yang dunakan sama n heksan dan etil asetat setelah di beri metanol 1 tete pada tiap botol dan ditotolkan lalu di masukan ke eluen yang beregerak adalah curt dan botol no 3 pada curt warnanya kuning dan pada botol 1 dan 3 berwarna cream
g.Pepaya : eluen yan digunaka sama dengan perbandingan yang sama dan diperole pada botol 1 bening pada botol 2 kekuningan dan sampel suda mulai turun lalu pada botol 3 bening dan sampelnya sudah turun semua botol 4 bening pada saat TLC curtnya bergerak dan warnanya keorenan pudar pada botol 2 ,3,dn 4 warnanya cream dan tidak bergerak
h.kentang : pelarut yang digunakan yaitu klorofom dan metanol dengan perbandingan 3 : 1 didapati fltrat pada bool 1 bening botol 2 kuning keryh dan botol terakhir botol 3,4 benin pada TLC tap botol ditetsi metano dan ditotolkan pada plat dan dimasukan ke pelarut yang sesuai tidak ada yang bergerak namun pada curt ada arna keabuan
i.tomat : pelarut yang digunakan n heksan dengan etil asetat dan pebandinganya 3 ; 1 diperoleh botol 1 bening bool 2 kemarahan dan botol 3 bening kembali setelah itu lanjut ke Tlc dimana pada tiap botol ditetesi metanol lalau ditotol dalam plat dan dimasukan ke eluen ( n heksan dan etil asetat) yang bererak hanya boto 3 dan warnanya keabuan
j. bunga sepatu : pada ekstrak yang terakhir ini digunakan pelarut n heksan dan etil asetat dengan perbandingan yang sama dengan sebelumnya yaitu 3: 1 pada botol 1 bening pada botol 2 dan 3 keruh lalu di tetesi la pada botol metanol dan dilanjutkan tahap TLC diaman curt dan masing - masing filtrat ditotol pada plat lalu dimmasukn kedalam eluen yang disiapkan tidak ada yang bergerak namun pada curt terdapat warna cream.
e e.Semangka : eluen yang digunakan adalah n heksan : etil asetat dengan perbandingan 3 : 2 dimana hasil yang diperoleh pada botol 1 warnanya benind dan sampel sudah mulai turun, lalu pada botol 2 warnanya kuning pudar sedangkan pada botol 3 warnanya bening kembali dan sampel sudah turun pada TLC eluen yang digunakan sama yaitu n heksan : etil asetat dan setelah ditetesi dengan metanol pada tiap botol ditotolkan dalam plat dan dimasukan kedalam eluen yang bergerak hanya crutnya saja dan crutnya berwrna kuning
f.Wortel : pelarut yang digunakan n heksan dan etil asetat dengan perbandngan 3 : 2 ketika pearut dimasukan kedalam kolom pada botol diperoleh fitrat berwarna bening dan sampel sudah mulai turun pada botol 2 fltratnya kuning cerah dan botol terakhir menjadi bening selanjutnya pada tahap TLC eluen yang dunakan sama n heksan dan etil asetat setelah di beri metanol 1 tete pada tiap botol dan ditotolkan lalu di masukan ke eluen yang beregerak adalah curt dan botol no 3 pada curt warnanya kuning dan pada botol 1 dan 3 berwarna cream
g.Pepaya : eluen yan digunaka sama dengan perbandingan yang sama dan diperole pada botol 1 bening pada botol 2 kekuningan dan sampel suda mulai turun lalu pada botol 3 bening dan sampelnya sudah turun semua botol 4 bening pada saat TLC curtnya bergerak dan warnanya keorenan pudar pada botol 2 ,3,dn 4 warnanya cream dan tidak bergerak
h.kentang : pelarut yang digunakan yaitu klorofom dan metanol dengan perbandingan 3 : 1 didapati fltrat pada bool 1 bening botol 2 kuning keryh dan botol terakhir botol 3,4 benin pada TLC tap botol ditetsi metano dan ditotolkan pada plat dan dimasukan ke pelarut yang sesuai tidak ada yang bergerak namun pada curt ada arna keabuan
i.tomat : pelarut yang digunakan n heksan dengan etil asetat dan pebandinganya 3 ; 1 diperoleh botol 1 bening bool 2 kemarahan dan botol 3 bening kembali setelah itu lanjut ke Tlc dimana pada tiap botol ditetesi metanol lalau ditotol dalam plat dan dimasukan ke eluen ( n heksan dan etil asetat) yang bererak hanya boto 3 dan warnanya keabuan
j. bunga sepatu : pada ekstrak yang terakhir ini digunakan pelarut n heksan dan etil asetat dengan perbandingan yang sama dengan sebelumnya yaitu 3: 1 pada botol 1 bening pada botol 2 dan 3 keruh lalu di tetesi la pada botol metanol dan dilanjutkan tahap TLC diaman curt dan masing - masing filtrat ditotol pada plat lalu dimmasukn kedalam eluen yang disiapkan tidak ada yang bergerak namun pada curt terdapat warna cream.
IX.KESIMPULAN
Adapun kesempilun pada praktkum ini adalah :
Adapun kesempilun pada praktkum ini adalah :
- Pada teknik pemisahan kromatografi lapis tipis zat - zat dipisahkan berdarkan kecepatan perpindahan zat trsebut dalam dua fasa
- semkin polar senyawanya semakin kuat menyerap air yang membuat kereaktivanya turun
- hasil dari KLT digunakan untk menghitung nilai Rf
X.DAFTAR PUSTAKA
Alamin. 2007. Metode flokimia. Makassar : Alaudin press
khopkhar. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta : UI press
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
Tim Kimia Organik. 2019. Penuntun praktikum kimia organik . Jambi : UNJA
Alamin. 2007. Metode flokimia. Makassar : Alaudin press
khopkhar. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik.Jakarta : UI press
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/
Tim Kimia Organik. 2019. Penuntun praktikum kimia organik . Jambi : UNJA
XI.LAMPIRAN
plat yang telala ditotol ekstrk dimasukan ke eluen
hasil TLC wortel
Ekstrak yang akan diuji
Adapun pertanyaan tentang laporan percobaan 8 :
1. Mengapa pada kromotografi kolom perlu disumbat dengan kapas ?
2. Mengapa
pelarut yang digunakan pada tiap ekstrak berbeda – beda ?
3. Mengapa
kolom perlu ditetesi dengan n heksan?
Saya Silvy Wahyu Fradini A1C117023
BalasHapusAkan menjawab pertanyaan no 2.
Menurut saya, mengapa pelarut yang digunakan berbeda-beda untuk setiap ekstrak karena setiap ekstrak itu tidak mempunyai sifat yang sama. Yang mana ada yang bersifat polar dan non polar. Maka apabila ekstrak tersebut bersifat polar maka eluen yang digunakan juga harus bersifat polar sehingga nantinya ketika dikromatografi kolom ekstrak tersebut akan cepat turun. Begitu pula untuk ekstrak yang bersifat non polar maka eluen yang digunakan harus yang bersifat non polar juga
Saya Agnes Monika Situmorang (A1C117059), akan menjawab pertanyaan nomor 3. Kolom perlu ditetesi dengan n-heksan karena agar kolom harus dalam keadaan steril, dimana ketika kolom ditetesi dengan n-heksan, zat-zat pengotor atau zat-zat yang tidak memiliki fungsi dalam proses kromatografi akan turun sehingga tidak mempengaruhi proses kromatografi
BalasHapusSaya Ditya Fajar Nursahfitri (A1C117061) menjawab pertanyaan nomer 1, yaitu agar fase diam dalam kromatografi kolom stabil.
BalasHapusSaya Ditya Fajar Nursahfitri (A1C117061) menjawab pertanyaan nomer 1 yaitu dilakukan penyumbatan dengan kapas Agar fasa diam pada kromatografi kolom tetap stabil.
BalasHapusSaya Erwin Pasaribu (A1C117003) akan menjawab pertanyan nomor 2. Alasan mengapa digunakan pelarut yang berbeda beda ialah untuk menyesuaikan dengan sifat ekstrak yang diuji. Karna setiap ekstrak berbeda sifatnya, oleh karena itu pelarut yang dipakai harus disesuaikan dengan sefat ekstrak atau dapat dikatakan proses ini menerapkan azas like dissolved like. Terimakasih
BalasHapus